Banyak cara menuju syurga, namun di balik itu banyak
jalan justru membawa manusia menuju ke neraka. Niatnya baik, tapi cara atau
metodenya salah, niatnya mengajak orang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, tapi cara yang digunakannya mencaci maki, menghina dan memburuk-burukan
pihak lain yang tak sepaham dengannya.
Seakan syurga dia yang punya dan pihak lain yang tak sepaham
dengannya masuk neraka semuanya. Jadi kebenaran ada di tangannya sendiri, pihak
lain yang sama-sama muslim ketika berbeda pendapat dengannya justru
dimaki-maki, dihina dijadikan bahan gunjingan yang mengaksyikan, dengan
kata-kata kasarnya saudaranya sesama muslim”dibantainya!” dipermalukan di depan
umum. Menyedihkan, dakwahnya bukan mengajak, tapi mengejek!
Maka dari itu Yahya Ar Razi pernah mengatakan,” hendaknya
orang mukmin mendapat keuntungan dari anda minimal tiga hal:
1. Apabila anda tidak memberikan manfaat padanya, janganlah anda merugikannya.
3. Apabila anda tak memujinya, maka janganlah mencelanya.
2. Apabila anda tak dapat membahagiakannya, maka janganlah menyusahkannya.
Itulah pedoman singkat bagi kita ummat Islam untuk menghormati
saudara sesama muslim yang tidak sepaham atau tidak sejalan dengan pemikiran
atau pendapat kita, agar dalam naungan Islam, manusia dapat menjadi permata
hati, selamat hatinya, terlepas dari rasa iri dan dengki, serta bersih dari
sikap hasud dan benci, apalagi sampai mencaci maki, mecela dan menyakiti.
Islam adalah agama pertengahan yang selalu menjaga diantara yang
radikal dengan yang lemah, Islam adalah agama pertengahan, agama yang selalu
menjujung tinggi kebaikan dan tak mudah menyelahkan pihak lain atau orang lain
yang seiman.
Nabi adalah semulia-mulia manusia, Beliau mengajarkan kepada
kita semua untuk berlaku lemah lembut dan tak mudah mengkafirkan sesama muslim,
apapun perbedaan pendapat dan mazhabnya. Islam disebarkan dengan kelembutan
bukan dengan kekerasan dan menghina paham orang lain atau kelompok lain yang
berbeda pendapat.
Nabi tak pernah mengajarkan untuk memaki pihak lain, menghina
pihak lain dan mudah mengkafirkan orang lain yang sama-sama akidahnya,
sama-sama syahadatnya, sama dalam gerakan dan bacaan sholatnya, sama iman dan
Islamnya, sama dengan tata cara zakat, puasa dan hajinya. Bila seandainya pun
berbeda, mereka juga punya dalil sendiri, yang bisa saja benar. Tak mengklaim
kebenaran milik pribadi, kebenaran datangnya dari allah SWT. Dan yang mutlak
benar hanya Allah SWT dan rosulnya, sedangkan kebenaran manusia itu relative
adanya.
Abu Bakar Siddiq ketika dilantik menjadi khalifah berkata: “ Aku
telah diangkat oleh kalian menjadi pemimpin kalian, dan aku tak lebih baik dari
kalian, maka bila aku benar ikutilah aku, dan bila aku salah luruskan aku”
sebuah sikap yang mata bijaksana dari seorang pemimpin yang rendah hati, yang
tak merasa paling benar sendiri, yang tak merasa hebat sendiri dan dengan
rendah hati minta diluruskan bila melakukan kesalahan!
Bukan merasa diri paling hebat dan menyalahlan pihak lain yang
tak sepaham dengannya, bahkan berani mengklaim diri paling benar penuh dengan
emosional, menghantam pihak lain yang tak sependapat dengannya. Islam adalah
agama buat semua orang, buat semua golongan dan pada awalnya Islam tak
bermazhab. Dan bilapun ada mazhab yang empat itu, bukan malah saling
menyalahkan, tapi saling melengkapi dan saling mengisi penuh dengan simpati,
toleransi dan empati. Kalau sesama muslim saja saling bermusuhan, bagaimana
dengan pihak lain akan menghormati ummat Islam?
Islam disebarkan oleh nabi dengan kelembutan, bukan dengan
kekerasan dan kebencian. Jikapun dapat dibenci dan dicaci maki, Nabi terus
saja berdakwah dengan penuh kelembutan dan tidak dengan caci maki dan
penghinaan, dan yang tidak mengikuti ajaran nabi, didoakan agar mendapat
hidayah. Nabi selalu optimis jika bukan sekarang, mungkin nanti di masa akan
datang anak cucu mereka akan mengikuti ajaran Islam dan beriman kepada
Beliau. Dan ternyata benar, ingat kisah penyebaran Islam di Thaif, Nabi bukan
disambut tapi disambit dengan batu, namun Nabi bukan mengutuk mereka, tapi
mendoakannya.
Nabi telah mencotohkan dalam penyebaran Islam dengan kasih
sayang, bukan dengan kekerasan dan pedang terhunus, apa lagi dengan cara
anarkis dan sebentar-sebentar merusak dan menghancurkan, wah ini jauh dari
akhlak yang diajarkan Nabi. Sesungguhnnya Islam adalah agama kasih sayang,
agama yang penuh dengan kelembutan dan cara mengajaknyapun dengan lemah lembut,
bukan dengan kekerasan. Dan bilapun ada yang iri, dengki maka dihadapi
dengan tabah, sabar dan ikhlas. Beliau kembalikan seluruh urusan kepadaNya,
Sang Penguasa Alam Semesta, Penguasa langit dan bumi, Dialah Allah SWT.
Orang bijak pernah berkata:
Bersabarlah terhadap kedengkian orang yang dengki
Karena sesungguhnya kesabaranmu akan memadamkannya
Api akan memakan dirinya sendiri
Apabila tidak menemukan sesuatu yang dimakannya.
Itulah yang dikatakan orang bijak dan Bilau bersabda:” Janganlah
kalian saling mendengki, saling membenci, mancari cacat orang lain, dan
janganlah membujuk rayu dengan tipuan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara” ( HR Bukhori dan Muslim).
Seorang pendengki dan pencaci maki apabila melihat anda, maka
dia akan mendengki anda. Apabila anda tidak ada, maka dia akan menggunjingkan
anda. Kedengkian terkadang muncul dalam kritikan, dan membuka aib orang lain.
Orang-orang yang dengki akan merasakan nikmat yang luar biasa dengan
menyebarkan cacat dan membuka aib orang lain di tengah orang banyak dan tertawa
dengan senangnya. Seakan kebenaran adalah miliknya sendiri, orang lain salah
semua! Seperti syurga dia yang punya, orang lain semua masuk neraka,
karena tak sepaham dengannya!
Sesama muslim dikafirkannya. Orang yang sama-sama mengucapkan
syahadatpun disalahkannya, Orang belum sholat bukan diajaknya sholat tapi
dihinakan, ya dia kabur! Semua orang salah, salah dan salah, semua orang Islam
yang tak sejalan dengan pemikirannya disalahkan. Padahal para imam Mazhab pun
yang benar-benar ahli dalam bidang fiqih tak berani menyalahkan mazhab lainnya,
mereka tetap rendah hati, baik imam Syafi’I, Imam Maliki, Imam Hanafi maupun
imam Hambali.
Mereka para imam mazhab punya sifat rendah hati yang luar biasa,
tak mengklaim mazhabnya paling benar sendiri, tak mengklaim hasil pemikirannya
benar sendiri, bahkan mereka berkata:” pendapatku benar, tapi bisa saja
salah, dan pendapat mereka mungkin salah, tapi bisa juga benar” karena
memang kebenaran yang hakiki hanya milik Allah SWT, bukan milik manusia.
Penadapat manusia bisa benar, bisa juga salah, kebenaran manusia bersifat
relative, tidak mutlak!
Dan orang lain tidak bisa dihina dan dicaci maki karena
pendapatnya berbeda dengan anda. Bagaimanapun sesama muslim bersaudara dan
sebuah tuduhan yang keji, bila sesama muslim dikafirkan hanya karena berbeda
pendapat, beda mazhab, beda pemikiran, beda aliran, kecuali aliran sesat,
beda pemahaman dan lain sebagainya.
Lagipula bila sesama muslim masih hidup, tak boleh divonis dia
akan masuk neraka! Mengapa? Karena Allah SWT yang membolak balik hati manusia,
Allah yang mengetahui kesucian hati manusia, dan Allah pula yang memberikan
hidayah pada seseorang dan kita tidak tahu akhir perjalan hidup orang lain.
Bisa saja terjadi, dan ini banyak terjadi, orang yang tadinya
penjahat, lalu bertobat dan ketika meninggal dalam keadaan khusnul
khotimah. Bisa saja orang yang tadinya baik bisa menjadi penjahat, dan
sebaliknya seorang yang tadi penjahat kemudian tobat lalu “menjahit” imannya
yang koyak-koyak hingga utuh kembali. Dan bisa saja terjadi orang yang tadinya
sholeh bisa salah, dan orangnya yang tadinya salah menjadi sholeh, lalu mati
dalam keadaan khusnul khotimah, mati dalam keadaan baik.
KH Saifudin Amsir, Rs Suriah PBNU ketika ditanya tentang orang
yang berdakwa melalui mimbar Jum’at mengatakan” Khutbah Jum’at bukan kendaraan
untuk meluapkan emosi. Gunakan khutbah Jum’at sebagai sarana pendidikan
Islam, perbanyak nasehat, menguatkan keimanan dan mengajak ketaqwaan. Jangan
mengatakan yang tak pantas dalam khutbah Jum’at, seorang khotib tak boleh
membawa urusan politiknya, kepentingan pribadinya dan kelompoknya di atas
mimbar Jum’at. Kalau ada orang yang mudah menyalahkan kelompok lain di
mimbar khutbah, dia telah gegabah membaca agama. Ini Bahaya! Bila
khutbahnya berisi serangan pada mazhab lain, itu perilaku absurd, baik dari
sisi syariat ataupun metode dakwah”
Jadi mengajak orang kepada Islam lagi-lagi harus dengan
kelembutan, kalimat disampaikan adalah ajakan, bukan ejekan, amanah bukan
amarah, rendah hati bukan emosi, berbagi bukan mengusili, menyejukan bukan
membuat hati panas dan seterusnya. Itulah dakwah yang hakiki, dakwah yang
membuat orang menjadi sejuk di dalam masjid, mushollah atau di dalam pengajian,
sehingga ketika mereka pulang kerumah, mereka makin dekat kepada Allah SWT,
bukan malah lari dari Allah, karena salah metode yang menyampaikan.
Islam adalah agama
rakhmatan lil alamin, rakhmat bagi seluruh alam. Kalimat ini akan menjadi
boomerang manakala cara mendakwahkannya penuh dengan amarah, caci maki, penuh
hinaan pada pihak lain dan dengan punuh dengan kata-kata mengkafirkan pada
sesama muslim yang tidak sepaham. Bila cara ini terus berlanjut, pantas saja
Islam tidak maju-maju, karena ummatnya tak mau bersatu dan membatu!
0 komentar:
Posting Komentar