10 Cara Paling Cepat Menghafal Hadits Seperti Para Ulama ~ ISLAMI BOOK

10 Cara Paling Cepat Menghafal Hadits Seperti Para Ulama

Menghafal hadits tidaklah seperti menghafal rumus matematika, kimia ataupun bidang ilmu keduniaan lainnya, melainkan menghafal hadits memiliki cara yang telah dijelaskan oleh para ulama hadits terdahulu maupun ulama kontemporer. Cara menghafal hadits dibedakan dengan menghafal disiplin ilmu lainnya disebabkan kemuliaan yang ada pada ilmu ini karena Hadist ini berasal dari langit ke tujuh melalui lisan Nabi Shallalaahu ‘alaihi wasallam, Allah mengatakan : tidaklah (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya melainkan karena wahyu yang diwahyukan kepadanya[1].

Dibawah ini merupakan hal – hal atau cara – cara yang bisa membantu anda untuk menghafal hadits Rasulullah :
  
1.   Memperbagus Niat
Niat yang baik dalam menghafal hadits sangatlah membantu untuk menghafal hadits Rasulullah karena dengan niat yang ikhlas seseorang akan memperoleh berkah dalam ilmunya.

Imam Al-Khatib membawa atsar dari Ibnu Abbas yang mengatakan : “sesungguhnya orang itu mampu menghafal tergantung dengan niatnya”[2]

Ma’mar Bin Rosyid Berkata : “Orang yang menuntut ilmu selain Allah ilmu tidak akan menghampirinya sampai dia (berniat menuntut ilmu) karena Allah.”[3]  Maksudnya anda tidak paham terhadap suatu ilmu sampai niat anda benar – benar Ikhlas

2.   Menjahui Maksiat
 Abdullah bin Mas’ud mengatakan : “saya menyangka bahwa orang yang lupa terhadap suatu  ilmu disebabkan oleh dosa yang telah ia perbuat.”[4]
Imam Syafi’I mengatakan : “saya mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada waqi’ , dia membimbingku agar aku meninggalkan maksiat, dan dia mengatakan bahwa ilmu itu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berrmaksiat.”

3.   Mengamalkan Hadits yang Telah dihafal
Sufyan At-Tsauriy mengatakan : ”Ilmu itu memanggil untuk diamalkan, kalau dia tidak menjawab panggilan ilmu, ilmu itu akan pergi.”[5]
Imam Waqi’ mengatakan : “kami membantu hafalan kami dengan mengamalkannya.”

4.   Mencari waktu yang tepat untuk menghafal
Setiap orang memiliki kesibukan yang berbeda,ada yang kerja malam untuk mencari nafkah dan ada yang kerja diwaktu pagi hari.  Setiap orang memiliki potensi untuk menghafal hadits yang mulia dari Rasulullah, namun waktu yang bagus untuk menghafal sangatlah penting agar kita dapat menggunakan tenaga yang sedikit dan dapat memperoleh hafalan maksimal yang kita inginkan

Orang yang telah berpengalaman dalam menghafal hadits mengatakan bahwa waktu yang paling baik dalam menghafal dalah waktu: malam, shubuh, dan mereka mengkhusukan waktu menghafal pada akhir malam yaitu pada waktu sahur dengan syarat dia telah tidur pada awal waktu malam

Al-Khotib Al-Baghdadiy mengatakan :”sesungguhnya mereka(ulama)  memilih untuk menela’ah pada malam hari disebabkan hati mereka dalam keadaan kosong (dari kesibukan duniawiy) dan ketika hati kosong maka menghafal akan lebih cepat
Isma’il bin Uwais mengatakan : “jika engkau berkeinginan untuk menghafal sesuatu, maka tidurlah kemudian bangunlah pada waktu sahur, kemudian nyalakannlah lampu, lalu hafalkanlah (yang enkau ingin hafal) , engkau tidak akan lupa Insya Allah.[6]

5.   Manfatkanlah Masa Mudamu
Masa muda adalah masa keemasan untuk menuntut ilmu dan mengafalkannya,  salah satu perkataan Hasan Al-Basri yang cukup populer :“menuntut ilmu hadits tatkala kecil bagaikan mengukir diatas batu”  yaitu ketika seorang mengukir diatas batu maka ukirannya itu akan terus menempel dan lama hilang, beda dengan ketika ia menghafal hadits dalam keadaan umur sudah tua, sebagaimana dipermisalkan : “menuntut ilmu diikala tua bagaikan mengukir di sungai”  tentu orang yang mengukir disungai akan sangat cepat hilang. Oleh karena itu para salaf senantiasa menyuruh anak – anak mereka untuk bersegera ke majelis hadist sampai Abdullah bin Daud mengatakan: “seharusnya seseorang memaksa anaknya untuk mendengarkan hadits.”[7] ‘Alqomah bin Qois Annakho’I menuturkan “ketika saya menghafal pada waktu muda seakan –akan hafalan yang saya miliki seperti melihat kertas (yang didalamnya ada yang dihafal)” maka pergunakanlah masa mudamu untuk menghafal

6.   Memilih Tempat yang Cocok Untuk Menghafal
Tempat yang paling bagus menghafal ialah tempat yang jauh dari keramaian, tempat yang tenang, jauh dari  jalan raya, maka janganlah engkau duduk di taman untuk untuk menghafal karena disana banyak orang yang lewat, begitu juga jangan menghafal di Mall atau di pasar akan tetapi menghafallah di kamarmu atau di masjid.

7.   Mengeraskan Bacaan yang mau dihafal
Mengeraskan bacaan dalam menghafal sangat membantu untuk lebih cepat hafalan masuk ke otak , karena setiap anggota badan yang bekerja dalam menghafal, seperti mata focus melihat ke kertas hafalan, lidah yang mengucapkan hafalan dan telinga dipakai mendengar suara kita maka hal itu lebih cepat dalam menghafal

8.   Memperkuat Hafalan dengan Banyak Mengulang
Ibnul Jauzi Mengatakan : Metode untuk memperkuat hafalan dengan banyak mengulang, dan manusia bertingkat – tingkat dalam hal menguatkan hafalan, ada orang yang hafalannya kuat dengan sedikit mengulang ,  ada pula orang yang belum hafal sampai dia memperbanyak pengulangan, dahulu Abu Ishaq Asyirozi mengulang pelajaran sampai 100 kali, telah mengtakan kepada kami seorang Ahli fiqih Hasan bin Abi Bakr An-Naisaburiy:  saya tidak bisa hafal sampai saya mengulangi 50 kali, dan telah mengisahkan kepada kami  Hasan bahwa Ahli Fiqih banyak mengulang pelajaran di rumahnya, saking banyaknya beliau (Hasan) mengulang pelajaran di rumahnya. Sampai nenek yang tinggal di rumahnya mengatakan : “Demi Allah, saya telah hafal!, kemudian hasan mengatakan : “Ulangilah”, maka nenek tersebut mengulanginya, setelah lewat  beberapa hari , Hasan mengatakan : “wahai orang tua ulangilah apa yang engkau dahulu hafal” maka dia mengatakan: “saya sudah tidak menghafalnya”  maka Hasan mengatakan : “saya senantiasa mengulangi hafalanku agar aku tidak lupa sepertimu[8]

9.   Menjaga Hafalan dengan senantiasa melihat hafalan dan mengulanginya pada waktu yang berbeda
Hafalan walaupun kuat jika tidak pernah di ulangi maka pasti lupa, lupa adalah sifat manusia yang diciptakan padanya sejak ia lahir dan ilmu itu bisa kuat dengan seberapa kuat ia mengulangi hafalannya, telah dikatakan kepada Al-Asma’I : “bagaimana engkau masih hafal sedangkan temanmu yang lain lupa” beliau menjawab : “saya selalu mempelajarinya dan teman saya meninggalkannya .”
Seorang Tholibul ‘Ilmi harus memuat jadwal untuk mengkhususkan waktu akhir pekan satu hari untuk mengulangi hafalan yang Ia hafal dalam sepekan, begitu pula menjadikan akhir bulan 1 hari atau 2 hari untuk mengulangi hafalannya dalam 1 bulan dan pada akhir tahun mengkhususkan waktu 1 pekan atau 2 pekan untuk mengulangi semua pelajaran dan hafalan yang ia hafal dalam waktu 1 tahun

10.     Saling Belajar Bersama Teman
Belajar bersama teman dan saling bertanya tentang Ilmu akan lebih memperkuat ilmu yang ada pada diri kita maupun mengingatkan teman yang mungkin dia lupa terhadap suatu ilmu. Dan saling bertanya ilmu kepada teman merupakan salah satu wasilah untuk saling berlomba – lomba dalam memperkuat keilmiyahan kita.
Berkata beberapa ulama’ salaf : “menghidupkan hadits dengan saling mengingatkan[9]
Dan saling mengingatkan dan bertanya kepada teman terhadap suatu ilmu sangat bermanfaat tatkala mendekati waktu ujian, betapa banyak ilmu yang saya ambil ketika ada beberapa teman yang bertanya kepada saya dan saya tidak bisa menjawabnya dengan begitu diri ini terpacu untuk mencari jawaban, bukankah ini bermanfaat?
Dari manfaat saling mengingatkan atau saling bertanya pelajaran kepada teman memiliki beberapa faidah : memberikan faidah kepada penuntut ilmu antara satu dengan yang lainnya,  mendapatkan pahala dengan mengajarkan ilmu,  dapat memacu diri untuk mencari suatu masalah yang belum diketahui, dsb..
Abdullah bin Mubarok mengatakan : “manfaat pertama orang yang menyampaikan  hadits adalah memberikan manfaat antara satu dengan yang lainnya”[10]
Imam Malik megatakan : “barokah hadist adalah memberikan faidah antara satu dengan yang lainnya”.


[1] . An-Najm 3- 4
[2] Al-jami’ lil Khotib (1843)
[3]. Al-madkhol ila sunani lil baihaqi (519)
[4] . Al-jami’ lil Khotib (1846)


[5].  Jami’ul bayan Al’ilmi libni Abdil Barr (1286)

[6] .Al-Jami’ul Al-Khotib (1872)
[7] .Syarfu ashabil hadist (137-139)
[8] Alhatsu ‘ala hifzi al’ilm libni Al-Jauziy (48-49)
[9] Al-Jami’ lil Khotib
[10] Al Jami’ lil Khotib (885)

Rujukan :

نصائح منهجية لطالب علم السنة النبوية

0 komentar: